Perbedaan Konseling Islam dengan Konseling Barat


PERBEDAAN ANTARA
 KONSELING ISLAM DENGAN KONSELING BARAT


      


Mata Kuliah        : Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling Islam
Pembimbing        : Fijriani, S.Pd.M.Pd.Kons




FAKULTAS DAKWAH & ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LAMPUNG
2013/2014
i

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wujud ketaqwaan manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia dan dunianya.
Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. 
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.Dengan demikian maka pemakalah membuat sebuah judul “Perbedaan Konseling Islam Dengan Konseling Barat”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah definisi dari konseling islam dan konseling barat?
2.      Apakah perbedaan dari konseling islam dengan konseling barat?
3.      Bagaimanakah sejarah perkembangan dari masing” konseling tersebut?











ii
DEFINISI KONSELING ISLAM & KONSELING BARAT

A.    Konseling Islam
Amanah dari Allah SWT. Untuk membina dan membentuk manusia ideal yang menuju jalan terbaik (Islam) untuk mencapai ketenangan, kebahagiaan dan keridhoan.
B.     Konseling Barat
Aktifitas dalam mengubah sikap dan prilaku individu (klien) oleh seseorang yang profesional untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Thohari mengartikan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Yahya Jaya menyatakan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan ajaran Islam.

Perbedaan konseling umum dengan konseling Islam menurut Thohari Musnamar
1.      pada umumnya dibarat proses layanan konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan kosneling, dalam ajaran islam dihitung sebagai salah satu sedekah.




1
2.      Pada umumnya konsep layanan konseling barat hanyalah di dasarkan atas pikiran manusia. Semua teori konseling yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep konseling Islam didasarkan atas, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3.      Konsep layanan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep layanan konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati
4. Konsep layanan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah di kerjakan.

Pendekatan/ Model Konseling Barat menurut Gerald Corey
1.      Pendekatan Psikodinamika berlandaskan pada pemahaman, motivasi tak sadar, rekonstruki kepribadian. Kategori terapi psikoanalitik.
2.      Pendekatan Humanistik berorientasi pengalaman dan relasi, meliputi terapi eksistensial, client centered, gestalt.
3.      Pendekatan Rasional-Kognitif dan Tindakan berorientasi pada perilaku, meliputi analisis transaksional, terapi tingkah laku, rasional emotif, dan realitas.

Sedangkan pendekatan Konseling Islami yakni konsep pendekatan dan teknik konseling yang utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, serta pemikiran para tokoh Islam yang berkaitan dengan :
1.      Hakikat manusia
2.      Individu bermasalah dan masalah-masalah individu
3.      Perkembangan kepribadian individu.
4.      Membantu individu bermasalah.
Konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah sebagai salah satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.(QS Al-Fath: 8-9)

Ruang Lingkup Konseling Islami mencakup:
1.      Pendidikan akademis yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan mengarahkan sesuai potensi yang dimiliki. Misal : hafalan, analisis & telaah, diskusi & orasi. Memulai pengajaran dari masalah-masalah baru definisi.
2.      Pekerjaan yakni mengakui adanya perbedaan IQ tiap individu dan mengarahkan kepada tugasnya masing-masing sesuai minat dan bakat. Selain itu perhatian kepada interaksi dalam pekerjaan, hak dan kewajiban yang harus dipenuhi juga profesionalisme.
3.      Agama dan perilaku yakni apa yang digambarkan dalam pemikiran Islam telah menunjukkan hakikat fitrah manusia itu sendiri.
4.      Keluarga dan pernikahan meliputi kewajiban dan hak anggota keluarga, konsep pencegahan masalah serta terapi jika terjadi maslah di dalam keluarga.
2
Hakikat Manusia dalam Islam
1.      Manusia diciptakan dengan tujuan yang mulia yakni beribadah kepadaNya (QS Adz-Dzaariyaat: 56).
2.      Sifat dasar manusia adalah baik.
3.      Manusia makhluk ciptaan Allah yang mulia dan terbaik (QS Al-Israa’: 70).
4.      Manusia penuh dengan kesadaran dan tanggung jawab serta bisa membedakan yang baik dan buruk.
5.      Manusia memiliki titik lemah dalam dirinya yakni hawa nafsu.
6.      Memiliki motivasi kuat dan potensi besar mampu mengendalikan perilaku.
7.      Jiwa manusia terbagi dalam 3 keadaan yakni :
a.       Jiwa yang cenderung kepada keburukan karena dikuasai oleh hawa nafsu akan duniawi (QS Yusuf: 53).
b.      Jiwa yang  menyesali diri yakni menyesali kesalahan yang diperbuat tetapi masih mudah tergoda dunia (QS Al-Qiyaamah: 1-2).
c.       Jiwa yang tenang yang mencapai kematangan, syukur & sabar , serasi dunia-akhirat (QS Al-Fajr : 27-30).
d.      Setiap waktu ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan dalam diri manusia.

Aspek-aspek Konseling dalam Islam
1.      Aspek Preventif
Penjagaan individu dari guncangan jiwa dan membentengi dari penyimpangan. (QS Al-Bayyinah: 5, An-Nuur: 30)
2.      Aspek Perkembangan
Pembentukan kepribadian muslim yang optimis, mengenli potensi serta produktif. (QS An-Nisaa: 58)
3.      Aspek Terapi
Pembebasan individu dari kegelisahannya dan membantu memecahkan masalahnya.
Metode Konseling dalam Islam
1.      Metode Keteladanan: Meneladani Rasulullah SAW. (QS Al-Ahzab: 21; Al-Maidah: 31)
2.      Metode Penyadaran: Menggunakan ungkapan nasihat, janji & ancaman. (Al-Hajj: 1-2)
3.      Metode Penalaran Logis: Dialog dengan akal dan perasaan individu. (Al-Hujuraat : 12)
4.      Metode Kisah: Kisah nabi, rasul dan orang-orang shalih yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.

3
Proses Konseling
1.      Membangun hubungan yang kuat dan baik didasari sikap saling menghargai, membuka diri dan saling percaya antara konselor dan klien.
2.      Konselor membantu klien dalam mengenali permasalahan yang sedang dihadapi klien dan menelaah pemikiran klien dala menyikapi masalahnya, hingga klien menyadari hal tersebut.
3.      Menawarkan taubat.
4.      Mengingatkan akan eksistensi, tujuan  hidup di dunia hingga kembali kepada Islam.
Cara Berbicara dengan Klien
Berdasarkan contoh Rasulullah SAW :
1.      Sitstematis agar pendengar fokus pada topik pembicaraan.
2.      Hati-hati agar pendengar dapat memahami isi dan jalan pikiran pembicara secara berkesinambungan dan mengurangi lupa.
3.      Mudah dipahami oleh pendengar (dari berbagai kalangan).
4.      Mengulanginya 3 kali agar membekas dalam hati dan pikiran.

Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika dan Di Indonesia


Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang-bidang pendidikan. Rehabilitasi, kerumah tanggaan, penanganan tindak kriminal, kenakalan remaja, juga di rumah sakit, pabrik-pabrik dan bahkan di rumah saikit militer.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas dari faham sekuler dan liberal.


4
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara lain :
1.      Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak mengenal pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan lapangan kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2.      Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat liberal, tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan mengagungkan nila-nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal kebebasan individual dalam arti se bebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjunjung tinggi prinsip-prinsip berbakti kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi keagamaan.
3.      Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat Islam justeru hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, gay, menyakiti orang tua, boy friend, tukar kunci dan sebagainya.
4.      Pedekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri menunjukan kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh Dr. Abd. Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan generasi mendatang.
Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.





5
Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance di Grand Rapids.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaituMilitery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalmnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya (1) Journal of Counseling and Development;(2) Journal of College Student Personnel; (3) Counselor Education and Supervision; dan (4) The Career Development Quarterly.
Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964, lahir Kurikiulum SMA Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1963) membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).



6
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade 70-an. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting dalam sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang profesional. Upaya-upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas yang lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984. Dalam kurikulum 1984, telah dimasukkan bimbingan karier di dalmnya. Usaha memantapkan bimbingan terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.







7
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama
Djumhar dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.
Shertzer, B. & Stone, S.C. 1976. Fundamental of Gudance. Boston : HMC 
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a: Gramedia.
Adz Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, 200
Az-Zahrani, Musfir bin Said. (2005). Konseling Terapi. Penerjemah, Sari Nurulita, Lc. Dan Miftahul Jannah, Lc. ; penyunting, Harlis Kurniawan – Cet.1. Jakarta : Gema Insani Press.
Erhamwilda. (2009). Konseling Islami. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Konseling Religi. Volume 1, Nomor 02, Juli-Desember 2009. Jurusan Dakhwah Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam . Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.


Comments